1
Comments
Lama Sembunyi, Hitachi Muncul dengan LED TV

Jakarta - Lama tak mengeluarkan produk televisi, Hitachi mencoba merangkul kembali pasar televisi nasional. Tak tanggung-tanggung, empat produk LED TV terbaru diluncurkan oleh Hitachi.

Keempat produk LED TV Hitachi beragam mulai dari LE46T05A 46 inci, LE42T05A 42 inci, LE32T05A 32 inci, dan LE24T05A 24 inci. Keempatnya diklaim sebagai TV yang ramah lingkungan.

"Hitachi sudah sekitar tiga tahun tidak mengeluarkan produk TV. Tapi saat ini kami tidak buat LCD TV tapi langsung keluarkan LED TV yang ramah lingkungan," ujar Citra Wijaya, Director Sales Hitachi Indonesia saat ditemui di Log In Store, Sabtu (26/3/2011).

Dengan mengusung teknologi yang ramah lingkungan, pabrikan asal Jepang ini berharap bisa memikat pasar televisi di Indonesia. Tak hanya itu, tingginya permintaan akan televisi di Indonesia juga menjadi harapan Hitachi untuk bisa menjadi salah satu pemain besar

"Kami berharap produk ini bisa menguasai 5 persen pasar TV LED di Indonesia," harapnya.

Hiroshi Honda, Sales Manager Hitachi Asia Ltd.co saat berbincang dengan detikINET di tempat yang sama mengungkapkan bahwa saat ini permintaan LED TV di Indonesia rata-rata mencapai 100 ribu unit per bulan. Karenanya, angka lima persen merupakan angka yang wajar yang diharapkan diraih di pasar televisi nasional.

0
Comments
Aplikasi Earth Hour Ajak Selamatkan Bumi

Jakarta - Memperingati Earth Hour di tahun ini yang jatuh pada 26 Maret 2011, mungkin akan lebih mengasyikkan. Kampanye tahunan World Wide Fund for Nature (WWF) ini, sekarang ada aplikasi ponselnya. 

Sayangnya, aplikasi bernama 60+ ini baru tersedia untuk iPhone. Adapun tujuan WWF menciptakan aplikasi ini adalah menuntun penggunanya melakukan hal-hal kecil namun berdampak besar bagi lingkungan.

"Aplikasi ini lebih jauh mengajak setiap orang melakukan sesuatu yang bisa menyelamatkan bumi setiap hari, tak hanya mematikan lampu selama satu jam pada saat Earth Hour," kata juru bicara Leo Burnett Group yang membantu WWF mengembangkan 60+.

Dikutip detikINET dari Mashable, Sabtu (26/3/2011), cara kerja 60+ mirip seperti layanan berbasis geolokasi yang di dalamnya terdapat daftar hal yang harus dilakukan pengguna (to-do dan check-in).

Disini, pengguna akan terdeteksi melakukan tindakan positif berdasarkan daftar kegiatan yang diperintahkan dalam aplikasi. Misalnya  menggunakan pencahayaan alami, mengubah pengaturan pendingin ruangan, atau memasang shower yang hemat air.

Nah, apabila pengguna sudah melakukan banyak tindakan positif, mereka akan mendapatkan penghargaan, yang nantinya bisa di-share ke jejaring sosial.

Kegiatan para pengguna 60+ selanjutnya didata oleh WWF untuk melihat dampaknya secara global. Lebih menarik lagi, aplikasi ini rencananya akan segera memiliki Game Center support sehingga para pengguna bisa saling berkompetisi melakukan beragam aktivitas penyelamatan bumi. Menarik bukan?

0
Comments
Google Tuding China Kacaukan Gmail


Beijing - Gmail, layanan email dari Google, tiba-tiba sulit diakses di China. Menurut Google, para teknisinya sudah menyelidiki isu ini dan tak ditemukan masalah teknis di Gmail. Google pun melayangkan tuduhan bahwa Gmail diganggu oleh pemerintah China.

"Tidak ada isu teknis dari sisi kami, kami telah mengeceknya dengan ekstensif. Ini adalah blokir dari pemerintah yang didesain secara hati-hati sehingga masalah kelihatannya ada di Gmail," demikian pernyataan Google.

Juru bicara Google memaparkan, user di China melapor kerap mengalami masalah ketika coba mengakses Gmail. Ini terjadi sejak akhir Januari lalu. Pengguna sukar masuk homepage Gmail maupun mengirim email. Menurut Google, sistem pemblokiran ini cukup canggih.

Bukan kali ini saja raksasa internet itu terlibat masalah dengan pemerintah China. Tahun lalu, Google terpaksa meminimalkan operasi bisnisnya di China karena tidak mau memenuhi ketentuan pemerintah untuk menyensor hasil pencarian.

Dikutip detikINET dari Press Association, Senin (21/3/2011), China memang sangat ketat dalam mengontrol internet. Pemerintah negeri Tirai Bambu itu tidak segan memblokir layanan situs-situs populer seperti YouTube, Facebook sampai Twitter.

2
Comments
Google pun Ingin Dipimpin Steve Jobs

Jakarta - Para pendiri Google ternyata diam-diam mengagumi bos Apple, Steve Jobs. Sergey Brin dan Larry Page, duet pencetus Google, rupanya dahulu pernah mengidamkan Jobs dapat memimpin perusahaan mesin cari kebanggaannya itu.

Kala itu adalah tahun 2000. Google baru saja meniti jalan di industri online dan didukung oleh para pemodal. Nah, mereka merasa Google perlu dipimpin oleh orang yang lebih berpengalaman ketimbang hanya mengandalkan Brin dan Page.

Beberapa calon pun diincar dan diwawancarai sebagai calon CEO Google, seperti Andry Grove sampai Jeff Bezos, dedengkot Amazon. Namun ternyata, seperti dilansir Geek dan dikutip detikINET, Minggu (20/3/2011), hanya ada satu sosok di kepala Brin dan Page, siapa lagi kalau bukan Steve Jobs.

Namun sayangnya, Jobs kala itu sedang berkonsentrasi penuh di Apple dan sibuk mengembangkan iPod generasi pertama. Jadi hampir mustahil Jobs ditarik memimpin Google dan akhirnya memang, hal ini tak pernah terjadi. Brin dan Page terpaksa mencari orang lain.

Pilihan pada akhirnya jatuh pada Eric Schmidt, yang didapuk menjadi CEO Google pada tahun 2001. Schmidt terhitung sukses menahkodai Google yang kini menjadi raksasa internet global. Sampai belum lama ini, posisi Schmidt digantikan oleh Larry Page.

Apa jadinya ya jika Google benar-benar dipimpin oleh Jobs?